Rabu, 21 Desember 2011

Menjadi Medrep handal

menjadi MED-REp Handal, di sini tempatnya

Medical representative, atau sering disingkat dengan nama Med-Rep, atau yang sering disebut Detailer. Profesi ini tugasnya “Menjual” atau mempromosikan produk obat dari tempatnya bekerja kepada para dokter.

Persaingan di lapangan sangat ketat, terutama di Indonesia ada beratus-ratus perusahaan farmasi yang memproduksi obat dengan kegunaan yang sama. Detailer harus memeras otak agar produk laku “dibeli” atau diresepkan oleh dokter. Memeras otak dan tenaga telah menjadi pekerjaan sehari-hari, terutama bagi Med-Rep yang ingin maju. Kadang harus rela bekerja melebihi jam kerja karyawan lain, bila memang tuntutan pekerjaan mengharuskan .

Tips:
1. Detailing dengan serius dan kreatif, hasilnya adalah penjualan yang tinggi untuk produk yang ditangani, membentuk etos kerja yang tinggi, ketrampilan berkomunikasi dengan baik, rasa percaya diri yang meningkat, akan mendapatkan kesempatan promosi jabatan jika organisasi menghendakinnya.
2. Ukuran keberasilan seorang Med-Rep adalah bila dokter yang dikunjunginya betul –betul menulis resep obat yang dipromosikan itu, sehingga resep yang tiba di apotik akan diberikan obat yang dipromosikan tersebut dan apotik akan membeli persediaan kembali. Dengan demikian keefektifan seorang Med-Rep dalam mempromosikan suatu obat dapat diukur dari banyaknya apotik di wilayah kerjanya yang mengorder produk yang dipromosikan tersebut.
3. Percaya deh, rofesi ini untuk orang –orang pilihan yang bernyali baja, berfikir penuh kreasi dan inovasi, serta berpotensi maju di kemudian hari. Profesi ini cukup menjanjikan bagi mereka yang memang berharap dan berusaha di dalamnya.
4. Dokter yang bertugas di rumah sakit atau puskesmas pada umumnya menggunakan proses abdikasi (mengikuti kata dokter senior atau ilmu yang diperoleh di saat pendidikan) dan induksi (berdasar pengalaman klinis) dalam pengambilan keputusan klinis. Proses abdikasi tentu saja tidak boleh terus menerus dipakai karena perkembangan ilmu kedokteran yang sangat cepat. Sebuah obat yang baru diluncurkan dapat saja kemudian ditarik seteleh beberapa waktu karena terbukti berbahaya bagi pasien. Pada kondisi kerja yang sibuk, informasi dari para duta farmasi tentu saja dijadikan salah satu sumber informasi.
Informasi yang diberikan oleh para Medrep seringkali dalam bentuk lisan atau leaflet yang berisi informasi produk. Cukup jarang para Medrep memberikan artikel ilmiah yang terpercaya (diterbitkan oleh jurnal ilmiah kedokteran yang bergengsi). Nah,lakukanklah itu !!!

Profesi medrep ini punya potensi besar untuk mengembangkan karier di perusahaan. Karena di tangan para medrep “merupakan ujung tombak pemasaran di lapangan” itulah sukses penjualan produk perusahaan ini digantungkan. Semakin baik dan handal seorang medrep dalam menjalankan tugasnya, semakin sukses produk yang ia pasarkan. Tapi, bila sebaliknya maka semakin parah produk yang diinformasikan, khususnya untuk produk-produk ethical yang banyak berhubungan dengan dokter.

Lalu apa tugas medrep? Pertama, dia membawa informasi produk, kepada dokter, para medis, ke apotek dan rumah sakit. Bagaimana dia mampu berkomunikasi dengan baik. Sebab, kualitas inilah yang menentukan bagaimana informasi obat dapat diterima oleh dokter maupun apoteker, dengan baik. Bisa dibayangkan apa dampaknya bila informasi yang diberikan medrep tidak jelas kepada dokter.

Kedua, tugas berikutnya menyangkut informasi dan pelayanan kefarmasian. Di manapun anda bekerja akan berhubungan dengan informasi tentang produk. Informasi untuk dokter dan pasien kalau nanti bekerja di instalasi farmasi. Bagaimana jadinya tugas yang diemban kalau tidak menguasai informasinya dengan baik.

Karena itu dibutuhkan keahlian dan kecermatan tersendiri bagi seorang medrep untuk mampu menguasai kandungan yang terdapat dalam obat bersangkutan.

SUMBER

LANGKANYA APOTEKER TEKUNI PROFESI MEDREP

Para sarjana apoteker selama ini amat jarang yang tertarik dengan dunia marketing, khususnya terjun ke profesi medical sales representative (medrep). Padahal, bidang pekerjaan itu sangat menjanjikan pengembangan karier.

Dunia marketing, sejatinya selain menantang juga memberikan masa depan yang menjanjikan. Terutama, marketing di perusahaan produsen kimia dan obat-obatan seperti PT Kimia Farma Tbk. Hanya sayangnya, tidak banyak sarjana apoteker yang tertarik untuk menekuni bidang pekerjaan ini.
Padahal, kata Direktur Pemasaran PT Kimia Farma Tbk, Agus Anwar, para apoteker yang berminat untuk terjun ke profesi medrep ini punya potensi besar untuk mengembangkan karier di perusahaan ini. “Nah, ini tantangan bagi adik-adik calon apoteker yang barangkali kelak ingin bergabung ke Kimia Farma,” katanya saat memberikan pembekalan kepada para mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) yang melakukan kuliah kerja lapangan (KKL) di Kimia Farma, Jakarta, baru-baru ini.
Dalam kesempatan itu, direksi Kimia Farma ini mencoba menceritakan sekilas mengenai bidang pekerjaan di apotek, yang orientasinya lebih bersifat lokal. Kemudian bidang distribusi yang skala pekerjaannya nasional. “Kalau adik-adik kelak jadi kepala distributor, itu nasional tingkatannya. Bekal pendidikan dan pengalamannya di situ bisa dipakai dalam skala nasional. Kalau kerja di marketing maka skalanya universal, atau mendunia.”
Menurut Agus, kehadiran apoteker di marketing Kimia Farma sangat dibutuhkan. Kenapa? Karena di tangan para medrep – yang merupakan ujung tombak pemasaran di lapangan – itulah sukses penjualan produk perusahaan ini digantungkan. Semakin baik dan handal seorang medrep dalam menjalankan tugasnya, semakin sukses produk yang ia pasarkan. Tapi, bila sebaliknya maka semakin parah produk yang diinformasikan, khususnya untuk produk-produk ethical yang banyak berhubungan dengan dokter. Selama ini, ujarnya, jarang apoteker berminat di profesi medrep ini.
Lalu apa tugas medrep? Pertama, dia membawa informasi produk, kepada dokter, para medis, ke apotek dan rumah sakit. Bagaimana dia mampu berkomunikasi dengan baik. Sebab, kualitas inilah yang menentukan bagaimana informasi obat dapat diterima oleh dokter maupun apoteker, dengan baik. Bisa dibayangkan apa dampaknya bila informasi yang diberikan medrep tidak jelas kepada dokter.
“Padahal, tugas apoteker banyak sekali. Kita harus menguasai regulasi obat. Bisa pula nanti kalau adik-adik kerja di POM, harus terlibat dalam pengawasan, pengaturan, pemeriksaan pengujian, pendidikan, penelitian. Dus itu semua apoteker ada di situ,” katanya.
Kedua, tugas berikutnya menyangkut informasi dan pelayanan kefarmasian. Di manapun anda bekerja akan berhubungan dengan informasi tentang produk. Informasi untuk dokter dan pasien kalau nanti bekerja di instalasi farmasi. Bagaimana jadinya tugas yang diemban kalau
tidak menguasai informasinya dengan baik. Farmasi klinik, penyuluh tenaga kesehatan, monitoring tata cara pengadaan, semuanya ini harus dikuasai oleh para apoteker.
Kebanyakan Raih Sukses
Apalagi, untuk mengetahui kandungan persis obat branded generic yang peredarannya di pasar mencapai 58 persen. “Isi persisnya kita tidak tahu. Dan untuk mengetahui informasi tentang isinya itu, ya dari medrep ini. Lain halnya untuk obat generic, yang isinya jelas sama dengan resep tulisannya. Tapi ini di pasar cuma sekitar 15 persen. Tidak banyak,” tukas Agus.
Karena itu dibutuhkan keahlian dan kecermatan tersendiri bagi seorang apoteker yang kerja
sebagai medrep untuk mampu menguasai kandungan yang terdapat dalam obat bersangkutan. Itu pula sebabnya, ungkap Agus, apoteker-apoteker yang menekuni dunia marketing kebanyakan meraih sukses. Salah satunya, ada pejabat di Kimia Farma yang merintis karier dari medrep. Nah profesi ini sebenarnya kawahnya. Networking yang mereka miliki merupakan salah satu modal yang sangat berharga. Marketing itu merupakan salah satu modal untuk seluruh kegiatannya.
“Tidak disadari bahwa anda setiap hari juga memarket diri. Bagi anda-anda yang belum punya jodoh itu kan memarketing diri. Kalau dandan cantik itu bakal apa?  Nggak ada apa-apa pak biar cantik aja, ya sudah,” urai Agus  memberikan ilustrasi betapa marketing hampir selalu ada
dalam kegiatan hidup sehari-hari.
Cuma masalahnya, hampir sebagian besar sarjana apoketer tidak meminati dunia marketing. Alhasil, terjadilah kesenjangan. Sebab, faktanya mereka yang menjadi medrep kebanyakan dari latar belakang pendidikan non farmasi. Ada kalanya diisi oleh mahasiswa DO kedokteran, atau sarjana hukum. Di Kimia Farma pun, medrep yang hampir sekitar 300 orang itu, diisi oleh sarjana hukum, ekonomi, dan Farmasi, kendati belakangan sudah mulai ada apoteker yang masuk.
Kalau apoteker tidak mau masuk ke medrep, kata Agus, rasanya sulit untuk mengangkat mereka menjadi manajer marketing. Sebab, mereka pasti tidak akan mampu menangani
jabatan itu, mengingat bekal pendidikannya khusus, tidak bisa diperoleh di bangku kuliah, melainkan di lapangan.
Dan kesenjangan yang dijelaskan Agus tadi, kini menjadi perhatian terutama dari Badan POM (Pengawasan Obatobatan dan Makanan). “Pihak POM acap menyentil kalau backround pendidikan medrep kita tidak cukup, maka informasi yang nyampai tentang obat juga kurang bagus.
Makanya GP Farmasi sekarang membuat pendidikan medrep, dengan kurikulum khusus, dan ini susah sekali lulusnya. Apalagi, kalau background-nya akuntansi. Ini salah satu peluang bagi anda-anda calon apoteker yang ingin bekerja di sini. Tapi jangan cita-citanya medrep terus, bercitalahcitalah jadi direktur marketing,” urainya memompa semangat mahasiswa.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Premium Wordpress Themes